Friday 22 December 2017

Harmoni Cirebon Dalam Rintik Hujan


Untuk kedua kalinya saya mengunjungi Kota Cirebon, kota kecil yang punya banyak nilai sejarah dan cerita kenangan bagi setiap orang yang mendatanginya. Namun saya akan bicara jujur, saya agak kecewa waktu pertama kali datang ke Cirebon  dan mengunjungi beberapa tempat wisata sejarah yang menjadi andalan di sana beberapa bulan yang lalu. Seperti Keraton Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Saya melihat dua tempat wisata ini agak kotor dalam pemeliharaan kebersihannya. Lalu yang membuat saya tidak nyaman selama berada di sana, karena ada banyaknya peminta sedekah yang sedikit memaksa.  Di luar keraton maupun di dalamnya. Rumput-rumput pun dibiarkan tumbuh meninggi seperti sudah lama tidak dipotong, juga debu-debu yang menebal di benda-benda bersejarah yang ada di dalam museum yang ada di dalam keraton, pendopo yang berserakan daun kering. Padahal petugas kebersihannya banyak sekali di sana, namun sayang, area Keraton itu kotor sekali saya lihat.
Sehingga saya pernah berkata, saya nggak mau lagi ke Cirebon kalau hanya melihat peninggalan sejarah yang tidak terawat seperti itu. Sebagai wisatawan saat itu saya sedih, karena Cirebon buat saya seperti wajah yang berminyak, kebersihannya kurang di jaga.  Banyak bangunan-bangunan tua yang tetap berdiri di sana, jadi sayang banget kalau kurang dirawat dengan baik, terutama soal kebersihan. Karena keindahan sebuah objek wisata itu terlihat dari kebersihannya. Tapi selain itu, banyak sekali kok yang menarik dari Cirebon, yang terpenting bagaimana kita ikut berkontribusi menjaganya, sebagai wisatawan kita jangan ikut-ikutan yang lain untuk membuang sampah sembarangan.


Well, saya nggak mau bahas itu banyak-banyak, karena ternyata saya dikasih kesempatan lagi untuk mengunjungi Cirebon dalam momen yang berbeda pada tanggal 12 Desember 2017 yang lalu.  Jika sebelumnya saya ke Cirebon naik bus dengan waktu perjalanan kurang 3-4 jam disertai macet, kali ini saya bersama teman-teman blogger menggunakan Kereta Api Indonesia yang bebas macet.
Yup, saya akan melihat Cirebon dari sisi lain yang berbeda. Karena pada kesempatan itu, saya diajak oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. – Indocement (lagi) untuk melihat dan berkeliling Komplek Pabrik Indocement yang ada di Palimanan, Cirebon, serta potensi wisata yang ada di sana.  Nah, sebelumnya saya juga sudah diajak keliling Pabrik Indocement yang ada di Citeureup, Bogor, bisa lihat postingan saya di sini.


Di Kompleks Pabrik Palimanan ini terdapat 2 pabrik Indocement. Tahun 1991 Indocement  mengakuisisi pabrik baru yang menjadi Plant 9 dan membangun Plant 10 di Kompleks Pabrik Palimanan pada 1996. Selain di Citeureup dan Palimanan, Indocement juga memiliki pabrik di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Jika dijumlahkan, ada 13 pabrik Indocement yang beroperasi, 10 di Citeureup, Bogor, 2 di Palimanan, Cirebon dan 1 di Tarjun, Kalimantan Selatan. 
Jam setengah lima pagi di bawah rintik hujan kota Bogor, saya berangkat menggunakan kereta commuter line dari stasiun Bojong Gede ke Stasiun Gambir, meeting poin kami sebelum berangkat ke Cirebon dengan jadwal jam 7 pagi. Di tiket boarding pass KA Argo Mulia, tertera  jam 09.51 wib tiba di Stasiun Cirebon. Namun ternyata keretanya lebih cepat sampai, sekitar jam setengah 10 kami sudah menghirup udara pagi kota Cirebon disambut oleh bapak-bapak perwakilan dari Indocement Palimanan, dan masih disambut oleh gerimis mendung yang syahdu. 
Agenda kami hari itu selama di Cirebon adalah mengunjungi 3 lokasi pencapaian program CSR Indocement. Dua dari lokasi tersebut adanya di area Kompleks Pabrik Palimanan dan satunya terletak di desa mitra yang tidak jauh dari komplek Pabrik. 

Objek Wisata Banyu Panas

Perjalanan dari Stasiun Cirebon ke Kompleks Pabrik Palimanan memakan waktu sekitar 45 menit. Dengan mengendarai bus, tujuan pertama kami adalah Obyek Wisata Banyu Panas yang berlokasi di kompleks pabrik. Sebelum ke sini, saya diceritakan oleh Ibu Kosan (asal Cirebon) bahwa ada pemandian air panas yang ramai dikunjungi warga bila hari libur, yang tidak jauh dari Pabrik Indocement. 


Awalnya saya tidak tahu jika pemandian air panas ini termasuk dalam objek wisata yang dikelola oleh Indocement melalui Koperasi Manunggal Perkasa. Dari keterangan Pak Sunari, selaku ketua Koperasi, kami mendapatkan keterangan, bahwa Indocement berkontribusi dalam melestarikan dan membangun objek wisata alam Banyu Panas ini. Diresmikan pada Oktober 2010, Wisata Banyu Panas menjadi tujuan favorite warga di akhir pekan. Di tahun 2016 wisatawan yang datang mencapai 9.500an pengunjung, lho. Di tahun yang sama pendapatan atau keuntungan bersih dari objek wisata ini mencapai Rp. 309 juta rupiah dan menyumbang pendapatan asli daerah sebesar Rp. 89 juta. Karena selain pemandian air panasnya, keindahan alam sekitarnya yang memanjakan mata karena terawat dengan baik. 


Tiket masuknya juga murah, untuk umum dikenakan tiket masuk Rp. 10.000, pengunjung bebas ingin berendam. Saat kami datang, sedang tidak banyak pengunjung, mungkin karena masih pagi dan di hari kerja. Dengan suhu panas mencapai 40 derajat, tidak banyak yang berani berendam terlalu lama. Dan memang ada peringatan oleh pengelola melalui papan atau announcer, untuk jangan terlalu lama berada di dalam air kolam, maksimal 15 menit sekali harus keluar. Karena bahaya dari kandungan belerang jika terlalu banyak terhirup oleh manusia. Ada 2 kolam yang disediakan oleh pengelola untuk digunakan masyarakat. Satu kolam untuk orang dewasa dengan suhu panas tertinggi 40 derajat, dan satu lagi untuk anak-anak atau bagi mereka yang tidak tahan panas, karena temperaturnya lebih rendah.



Indocement melalui Koperasi Manunggal Perkasa, menyediakan alat pengatur suhu air dan bisa terlihat oleh semua orang, dan ditandai dengan batas aman untuk digunakan. Dan menariknya di Objek Wisata Banyu Panas Palimanan dengan luas 15 ha ini tersedia sarana dan prasarana yang lengkap, seperti kolam pemandian air panas tentunya, kolam berendam, MCK dan kamar mandi yang bersih, parkir yang luas, Musolla dan saung-saung untuk beristirahat. Dan tak lupa juga, ada banyak sarana permaianan yang bisa dipakai pengunjung terutama anak-anak untuk bermain, beberapa yakni ayunan, perosotan. Suasananya menyenangkan, karena pemandangan di sekitar juga penuh pohon-pohon yang rimbun untuk berteduh jika cuaca panas. 


Selain kolam pemandian air dan kolam berendam, tidak jauh dari situ terdapat aliran air menyerupai sungai yang tidak terlalu deras, dan lumpurnya bisa digunakan untuk luluran, konon lumpur dari sisa-sisa belerang ini dimanfaatkan warga untuk mengobati penyakit, seperti jerawat dan lainnya.
Seru, sayang kami tidak boleh mandi, karena memang waktunya terbatas, tapi saya sempat merendamkan kaki sebentar, yang rasanya seperti kaki tersiram air panas.  Dari sini kami diajak makan siang bersama para direksi, dengan menu khas Cirebon tentunya, Empang Gentong, Empal Asem yang sangat lezat sekali. Terima kasih Indocement kami disuguhi makanan yang enak-enak selama kunjungan ke Kompleks Pabrik Palimanan.

Pusat Penelitian, Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (P4M)

Setelah puas merasakan air panas belerang, setelah makan siang tujuan kami selanjutnya adalah Pusat Penelitian, Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat atau disingkat P4M. Karena merupakan pusat penelitian, tentulah tempat ini sangat menarik dan penuh edukasi. P4M pertama kali beroperas tahun 2009, sebelumnya, tempat ini gersang, namun dari pengelolaan Indocement, menjadi wadah bagi masyarakat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan di bidangnya masing-masing, sehingga warga dapat memanfaatkan sesuai potensi sumber daya alam yang ada di desa sekitarnya. Di sini kami ditemani oleh Pak Misnen dan Pak Lancar, yang menjelaskan banyak hal tentan P4M dan nantinya berlanjut sampai ke kunjungan di Kampung Batik Tulis Ciwaringin.



Saya suka sekali di bagian ini, karena melihat banyak tanaman yang menjadi bahan penelitian, yang tumbuh subur dan bermacam-macam yang dibagi berdasarkan kelompok tanaman, ingin rasanya berlama-lama atau ikut dalam melakukan penelitian, agar saya mendapat tambahan ilmu dalam bercocok tanam. Agak berbeda dengan Kebun Tegal Panjang yang ada di Komplek Pabrik Citeureup sebagai tempat laboratoriun pertanian/perkebunan, di P4M ini dibuat bertujuan sebagai tempat penelitian tentunya, dan juga entrepenuer agribisnis, sekaligus tempat belajar dan berlatih untuk masyakarat yang ingin mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan di bidang pertanian, perikanan dan perternakan. 


Iya, selain tanaman, di P4M ini juga tersedia area perternakan, ada ternak Kambing/Domba dan juga Sapi. Untuk perikanan, ada banyak kolam-kolam dengan berbagai jenis ikan. 
P4M juga menyediakan fasilitas lainnya, seperti Green House, di sini kita bisa lihat tumbuhan yang ditanam dengan cara sistem hidroponik, seperti Seledri, Kembang Kol dan beberapa yang lain. Lalu ada Kolam Ikan, lahan budidaya tanaman, kebun bibit, laboratorium, perpustakaan, perternakan tadi, lahan percobaan tanaman pangan dan sayur, dan kumbung jamur yang sangat gelap. Sayangnya sewaktu kami ke sana, beberapa tanaman baru saja selesai dipanen. Tanaman-tanaman obat juga ditemukan di area P4M, menarik buat saya, beberapa tanaman langka atau yang jarang di temui ada di sini juga. 



Ruang lingkup P4M juga meliputi berbagai kegiatan seperti, penelitian dan marketing produk, pelatihan agribisnis dan pengelolaan lingkungan, pendampingan pasca pelatihan, dan laboratorium dan konsultasi.  Sebagian hasilnya nanti akan kita lihat di kunjungan ke Kampung Batik Tulis Ciwaringin. 


Di sini juga kami bisa melihat proses pembuatan keripik nangka, dari penggorengan, pengepakan, yang hasilnya akan disalurkan ke toko-toko atau rumah makan. Walaupun masih banyak kendala dalam hal pemasaran, namun P4M terus berupaya membimbing dan melakukan pelatihan sehingga warga mampu mengolah hasil sumber daya alam sendiri. 

Adapun program-program yang dilakukan P4M sebagai berikut:
  •  Energy crops and waste 
  •  Agribisnis pertanian dan perternakan
-  Budidaya Rosela
-  Budidaya jamur
-  Ternak domba dan sapi
-  Budidaya pagi semi organic jajar legowo
  •        Pengelolaan lingkungan hidup
-  Embung Tegal Gaga Cikeusal dan Cisonggom, Palimanan Barat
-  Alternative fuel dan Biofertilizer
-  Mitigasi iklam dengan pengelolaan sampah mandiri ramah lingkungan
-  Sekolah berwawasan lingkungan (SMP 1 Gempol dan SMAN 1 Palimanan)
-  Proklim Desa Cupang dan Cikeusal

Banyak sekali pengetahuan yang kami dapat saat berkunjung di P4M ini, yang sangat bermanfaat sekali bagi masyarakat sekitar komplek pabrik. 

Program Pendampingan dan CSR untuk Kampung Batik Tulis Ciwaringin.

Nah, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, alasan saya tertarik untuk ikut kunjungan ke Pabrik Palimanan hari itu adalah mengunjungi Kampung Batik Tulis Ciwaringin. Alasannya, saya nggak banyak tau tentang Batik, bagaimana proses membatik terutama batik tulis, seperti apa pembuatannya dan sebagainya. Di sini kami diperlihatkan aktivitas warga yang sedang membatik. Well, saya antusias. Namun ada sedikit kekecewaan yang saya soroti sebelum membahas lebih jauh, ketika memasuki Kampung Batik ini. Sebelumnya saya membayangkan Kampung Batik yang bersih, tapi ketika masuk pintu gerbangnya, saya melihat banyak sampah berserakan di sekitar aliran sungai dan sedikit tidak rapih. Ya, mungkin ini memang bukan kampung wisata, tapi melihat kontribusi Indocement dalam setahun terakhir, sepertinya potensinya sangat besar untuk jadi destinasi wisata, edukasi membatik. Sayang kalau misal kebersihannya kurang dijaga. Karena untuk alasan lain, saya ingin ke sini lagi, memborong batik tulis Ciwaringin.


Jika selama ini kita sering mengeluh kenapa harga Batik itu mahal sekali, di sini saya menjadi tau penyebabnya. Untuk sebuah karya seni yang baik (karena batik adalah karya seni) apalagi batik tulis nggak layak jika menghargai karya tersebut dengan harga murah, apalagi setelah melihat proses pembuatannya yang sedikit rumit. Dari penjelasan warga, proses membatik itu membutuhkan banyak waktu dan kesabaran tingkat tinggi. Dari pemilihan/pemberian warna, bahan, motif, membatik, mencelup, menjemur hingga menjadi selembar kain batik yang siap kita jadikan busana.

Tapi apa sih, kontribusi Indocement untuk Kampung Batik Tulis Ciwaringin, apa keistimewaan dari batik tulis Ciwaringin? Salah satunya, batik-batik yang dijual di toko-toko besar di Cirebon asalnya dari Kampung Batik ini.
Yuk, ikuti saya jalan-jalan ke sana. Saya belum puas, hingga rasanya ingin belajar membuat batik sendiri.. hehe.


Tahun 2005 hingga 2015, Indocement memulai bantuan permodalan melalui program CSR. Tahun 2009 membuat pelatihan produksi bersih (perwarna alamiah) ECONID.
Jadi ini salah satu ciri khas dari Batik Ciwaringin, yakni menggunakan perwarna alami, dari bahan-bahan alam, seperti dari kulit kayu mangga, kulit pohon mahoni, indigo dan lain sebagainya. Pembuatan batik Ciwaringin ini full batik tulis, dikerjakan oleh tangan-tangan yang terampil. Motif-motif yang dibuat punya ciri khas sederhana dan lugas, karakteristiknya batik pedalaman, terlihat agak jadul, namun disitulah nilai seninya. Karena menggunakan pewarna alami, warna-warna yang dihasilkan terlihat lebih soft, pudar tidak mencolok seperti pewarna sintesis yang lebih terang.


Kontribusi lainnya yang dilakukan Indocement meliputi sebagai berikut. Di tahun 2011-2012 Indocement memberikan pelatihan membatik, membangun sarana dan prasarana kampung batik, pembangunan IPAL, dan meningkatkan kualitas batik. Hingga berlanjut ditahun-tahun berikutnya, Indocement terus melakukan pembinaan pemberdayaan Kampung Batik Tulis Ciwaringin. Tahun 2013-2015 terus melakukan penerapan produksi benih – ECONID, membangun sentra pelatihan ZPA, menerbitkan buku “The Chanting of Ciwaringin” hingga membuat motif batik khas Ciwaringin dan mendorong penerbitan atas hak paten motif tersebut.

Membatik itu memang susah, jika kita tak tahu tekniknya. Jadi, jangan remehkan para pembatik yang sudah bersusah payah membuat selembar batik tulis yang indah. Tapi perjuangan mereka ini mendapatkan apreasiasi dari kementrian bappenas dalam program ISDA 2017. Yakni di tahun 2017 ini Kampung Batik Tulis Ciwaringin mendapatkan penghargaan Platinum Tingkat Nasional, sebagai CSR Best Practice for MDGs to SDGs Kategori Tanpa Kemiskinan/Pilar 1 Pembangunan Sosial. Wow, keren ya.


Dan banyak lagi hasil pencapaian pemberdayaan yang sudah dilakukan Indocement, dilihat dari berbagai aspek. Melalui Koperasi Anugerah Batik Ciwaringin dan bekerjasama dengan Lembaga Chain Center UGM untuk membuka pelatihan membatik menggunakan kain sutra untuk semua kalangan. Dalam aspek lingkungan, terlihat dari hasil pengolahan limbah. Dengan mengurangi pembuatan batik dengan pewarna sintesis, secara perlahan 85% pengrajin di Kampung Batik Tulis Ciwaringin sudah menggunakan pewarna alami, sehingga limbahnya bisa digunakan kembali. 

Dari aspek sosial, peran Koperasi Anugerah Batik terasa sekali bagi pengrajin batik. Yang tadinya anggota masih sedikit sekitar 29 orang di tahun 2013, saat ini bertambah menjadi 64 orang. Dan angka ini perlahan mengurangi pengangguran serta keinginan warga meninggalkan kampung untuk bekerja ke luar negeri. Dan tentunya jadi meningkatkan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah.
Seru, banyak sekali pengetahuan baru tentang batik dari sini, sayang sekali saya nggak sempat membeli batik satu lembar pun, tapi ini jadi alasan saya untuk kembali ke sana. 

5 comments:

  1. Jeruk sambelnya nge-gemesin yaaa. Berasa pingin bawa pulang trus segera cucurin jeruknya di ulekan sambel ga sih? Haahha

    ReplyDelete
  2. aku belum sempat ke cirebon waktu masih tinggal di bandung, menarik buat diexplore ni.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayooo ke Cirebin, kok. Asik kok kalau ingin mengenal sejarah

      Delete
  3. Betul, untuk wisata di Kota Cirebon itu sangat tidak terawat, pimpinan daerah silih berganti namun tidak ada yang konsen melihat pariwisata sebagai aset pendapatan daerah dan melestarikan sejarah. Saya lahir dan besar di Cirebon pun jengah melihat perkembangan kota sebesar upil bergerak lamban, patut disayangkan. Jika Kota Cirebon dijual ke pengembang, akan lain ceritanya. #terlalu

    ReplyDelete

Terima Kasih - @melfeyadin