Monday 1 July 2019

Seperti Ini Rasanya Menjadi Warga Jember Selama 3 Hari

Entah sejak kapan, saya ingin sekali mengunjungi Jember, bukan karena suguhan alam dan budayanya atau apapun. Tapi ingin bertemu teman-teman blogger yang ada di sana, tadinya. Setiap kali melihat postingan teman blogger, Mas Bro Hakim dan istri (Blogger Jember) menceritakan kehidupan mereka, ngopi-ngopi di pinggir stasiun Kalisat, Jember, ingin rasanya langsung terbang ke sana, ikut bersama mereka. Merasakan suasana damai, tanpa kebisingan yang ada di ibu kota Jakarta. Well, walaupun saya tinggal di Cibinong Bogor, tapi rasanya hirup pikuk kota Jakarta terasa sampai di Cibinong. Hehe.


Dan keinginan saya itu akhirnya terwujud, selama 3 hari 3 malam saya menjadi warga Jember bersama puluhan teman-teman blogger dari berbagai kota dalam acara Sueger Famtrip 2019 yang digelar sejak tanggal 22-24 Juni lalu. Berkat undangan dari Dispar Kabupaten Jember, sekaligus meliput acara Waton Festival di Pantai Papuma, salah satu destinasi unggulan pariwisata Jember.



Perjalanan belasan jam ke Jember untuk pertama kalinya ini memberikan kesan yang nggak akan pernah bisa saya lupakan. Kenapa? Karena saya harus kehilangan dompet berisi KTP dan beberapa lembar uang di Stasiun Pasar Senen. Ada 2 kemungkinan hilangnya dompet antara jatuh atau dicopet. Saya lumayan panik karena KTP diperlukan untuk naik kereta. Namun untungnya saya masih bisa menggunakan Kartu BPJS untuk melakukan check in. Alhamdulillah, sedikit tenang walau masih tetap gelisah memikirkan waktu pembuatan KTP baru nantinya yang membutuhkan waktu lama. Kesel juga sama diri sendiri, mengapa begitu teledor di perjalanan.


Berangkat sejak tanggal 21 Juni pukul 2 siang dari Stasiun Pasar Senen, saya bersama Mbak Nunik, Bang Eka, Mas Achi, Saipul, dan Hanum menaiki kereta ekonomi Kertajaya Premium menuju Surabaya. Yang diperkirakan sampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, jam 2 malam. Dari Pasar Turi kami lanjutkan ke Stasiun Gubeng untuk menunggu menumpangi kereta ekonomi Probowangi ke Jember pukul 4.25 wib. Jeda waktu yang lumayan membuat kami terpaksa menjadi 'gembel' di Stasiun Gubeng, karena pintu stasiunnya belum dibuka. Namun untungnya, banyak teman di sana, penumpangnya bukan kami saja.


Tapi ini perjalanan yang seru buat saya, karena bertemu kawan-kawan seperjalanan yang asik-asik. Yang sebelumnya belum pernah jalan bareng, kecuali Hanum (Famtrip ke Palembang). Yang akhirnya membuat saya nggak bisa tidur sama sekali sejak dari Jakarta sampai Jember. Alhasil sampai sekarang rasanya badan lumayan lelal menuntuk untuk istirahat lebih. Di Stasiun Gubeng kami bertemu Mbak Donna Imelda dan sesampainya di Stasiun Jember, kami bertemu teman-teman blogger lainnya dari kereta yang sama berbeda gerbong. Ada Mbak Dian, Mas Dito, Vivi dan (sebentar saya lupa satu lagi siapa).


Sampai di Jember sekitar pukul 9 pagi, kami langsung disuguhi udara Jember yang memang layak disebut Sueger, seger banget. Angin berhembus pelan, menerpa wajah namun hangat di hati. Rasanya menakjubkan, akhirnya saya bisa sampai di Jember. Sebuah tempat yang indah, daerah yang kaya akan wisata alam, budaya dan kulinernya.

 
 
Pertama kali menginjakkan kaki di Jember, kami langsung disambut dengan sarapan pagi di sebuah resto/cafe khas Jepang, Hararu Kafe yang berada tepat di depan Stasiun Jember. Tempat yang nyaman, dengan menu-menunya yang lumayan untuk dijadikan tempat sarapan pagi dengan suasana yang berbeda. Tersedia kopi dan minuman tradisional Indonesia. Favorit saya sesuai pesanan, Susu Jahe Panas.


Ini nikmat banget diminum di tengah udara Jember yang adem. Di Hararu Kafe, teman-teman blogger Jember dan panitia dalam acara FamTrip sudah menunggu, ada Mbak Prita HW, penghubung blogger dan Dispar Jember, Fevtri, Mas Nana, Siska dan beberapa yang lain juga ikut bergabung, yang nggak sempat saya hapal. Maaf ya. Kondisi ngantuk berat membuat saya nggak bisa berpikir, karena yang dipikirkan cuma satu, tidur.

Belajar Mengolah Coklat Dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia


Dari Hararu Kafe, kami beranjak bersama-sama ke Warung Kembang yang berada di daerah Klompangan, Ajung Jember. Rumah makan ini menjadi tempat beristirahat sementara teman-teman blogger yang baru datang sebelum jadwal makan siang dan dilanjutkan untuk memulai Famtrip ke beberapa destinasi yang sudah dijadwalkan. Karena saya ngantuk berat, saya nggak banyak mengulik dan mencari tau tentang tempat ini, sementara yang lain asik ngobrol karena baru bertemu, mereka semua saya tinggal tidur. Namun satu yang saya rasakan, tempat ini nyaman, sangat luas karena sering dipakai untuk gathering, toiletnya bersih, menu makanannya enak-enak dan adem. Terutama di lantai dua, udaranya sejuk karena resto terbuka dan banyak pepohonan. Dari beberapa cerita teman, Warung Kembang menjadi pusat budaya Pandhalungan.


Dikutip dari Wikipedia, Pandhalungan ini sebutan bagi orang-orang yang tinggal di daerah tertentu yang tergabung dari berbagai etnik, yang tersebar di daerah Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang dan Jember. Di Jember disebut Pandhalungan Jember karena perpaduan dari dua etnik, Madura dan Jawa Mataraman. Bahasanya yang digunakan adalah Bahasa Jawa namun lebih terdengar dengan dialek Madura. Khas banget memang, nggak terlalu medhok seperti pengucapan Bahasa Jawa lainnya.


Lepas dhuzur (ishoma), teman-teman blogger diajak untuk wisata edukasi mengunjungi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia yang berjarak sekitar 9Km (dilihat dari maps) dari Warung Kembang, yang ada di daerah Nogosari, Rambipuji. Karena menjadi tempat wisata edukasi, Puslit Koka difasilitasi agar nyaman bagi pengunjung yang datang. 

Di sini seru, karena saya menjadi tau bagaimana proses pembuatan coklat, berkeliling dari melihat pohon dan buah Kakao, memilah biji untuk dikeringkan, dikenalkan juga dengan alat-alat yang digunakan, ruangan-ruangan khusus hingga menjadi Coklat yang siap diolah dan dimakan. Di Puslit Koka tersedia juga Kafe sekaligus menjadi pusat oleh-oleh dari olahan produk Coklat yang dikelola Puslit Koka. Banyak sekali macamnya, ada minuman segar ready to eat, coklat batangan, coklat bubuk, es krim, kue dan lainnya. Berbagai jenis kopi juga ada di sini. Semuanya menggiurkan, karena coklat maupun kopi adalah minuman favorit semua orang. Well, tempat ini memang rekomended banget untuk penggemar kopi dan coklat dan yang tertarik untuk belajar tentang keduanya.


Oh iya, yang menyenangkan, di sini tersedia kereta penumpang untuk berkeliling di kebun kopi dan coklat. Jadi wisata edukasinya nggak akan pernah membosankan. Di tambah aroma dan udara yang segar membuat betah berlama-lama, apalagi jika ada teman ngobrol. Ngopi sambil ngobrol adalah kegiatan yang sangat asik, kan?

Pantai Tanjung Papuma, Pantai Watu Ulo Yang Menakjubkan Mata

Karena hari sudah mulai sore, kami segera untuk beralih ke destinasi berikutnya untuk mengejar momen matahari tenggelam, di Pantai Tanjung Papuma. Ini dia yang saya tunggu-tunggu. Karena sudah lama sekali rasanya ingin menghirup aroma laut dan pantai yang menenangkan. So excited jadinya. Perjalanan sekitar 1 jam dari Puslit Koka ke Pantai Papuma, melewati rumah rumah warga, kebun-kebun lumayan untuk saya melanjutkan melelapkan mata untuk tidur.

Foto tidur di Kereta
Ternyata untuk mencapai Pantai Tanjung Papuma Jember, mobil yang kami tumpangi harus naik turun bukit yang lumayan tinggi. Pengendara harus ekstra hati-hati sih menurutku. Karena ketika kami sudah sampai di atas bukit, banyak sekali Monyet ekor panjang berkeliaran di alam bebas, di sisi kiri kanan jalanan, bahkan ketika kami sudah sampai area Pantai. Ini membuktikan kalau alam Jember tuh masih terjaga banget. Namun, pengunjung yang datang dilarang untuk memberi makan mereka. Larangan ini diberlakukan agar tak membahayakan keduanya, manusia ataupun satwa liar itu sendiri.
Nah, di atas bukit yang kami lewati dan banyak Monyet ini, pemandangan yang kami lihat itu indah banget bak lukisan. Melihat pantai dari kejauhan, batu-batu besar berdiri tegak, perahu-perahu nelayan yang sedang parkir. Oh My God, rasanya sudah nggak sabar ingin berlari turun. Merasakan dingin dan lembutnya laut. Mata yang tadinya masih mengantuk tiba-tiba langsung terang benderang.

Oh Jember, saya nggak pernah menyesal datang ke sini.

Mata saya semakin terbelalak ketika sudah sampai ke bawah di pinggir pantai yang layaknya pantai-pantai atau tempat wisata lainnya di daerah lain. Banyak warung-warung menjajakan makanan dan pengunjung yang asik menikmati pemandangan, berfoto-foto mencari spot dan angel terbaiknya. Dan melihat rangkaian batu karang yang sangat besar berdiri tegak di dekat pantai.


Yup, inilah yang menjadi daya tarik pengunjung mendatangi tempat wisata yang sangat hits di Jember. Karena pemandangan yang tak biasa. Biasanya kita akan menemui pantai dengan pasir putih, ombak yang landai, namun di sana kita disuguhi oleh pemandangan batu dan debur ombak khas Pantai Selatan yang kencang. Jujur, ini membuat dada saya berdegub nggak karuan. Antara takjub tapi takut dan penasaran.



Karena sesampainya di Pantai Papuma, teman-teman blogger diarahkan untuk naik menuju spot foto yang paling tinggi untuk melihat panorama Papuma dari Siti Hinggil. Dari sini semuanya terlihat. Berasa mimpi, seperti sedang masuk dalam frame sebuah tayangan adventure. Benar-benar wah. Indah memukau mata. Tapi sayang banget memang, karena kami sampai di Tanjung Papuma sudah mendekati magrib, jadi nggak kebagian momen matahari tenggelam. Dan kebetulan juga cuaca sore itu sedikit mendung, yang justru membuat suasana menjadi dramatis, gelap dan penuh misteri.



Saya yakin, siapapun yang pernah ke Pantai Papuma akan merasakan perasaan yang luar biasa, yang konon ada banyak mitos misterius yang menghiasi keindahan pantai ini.

Lepas magrib, karena suasana juga sudah semakin gelap. Rombongan Sueger Famtrip 2019 turun menuju penginapan untuk beristirahat yang dikelola oleh Perhutani bernama Foresta Papuma Beach Resort. Namun, penginapan ini kurang nyaman untuk beberapa orang. Fasilitas kamarnya yang kurang lengkap, kamar mandinya yang kotor seperti tak terawat, lantai kotor dan yang sedikit membuat bulu kuduk merinding. Sebagian teman-teman sempat di'godain' mahluk lain di sana. Hihihhi. Tapi keanehan yang dialami selama menginap di Foresta Papuma ini menjadi bahan topik obrolan yang seru oleh teman-teman. Selebihnya nggak ada masalah.


Hari pertama di Jember semuanya saya sukaaaa, makanannya, pesona alamnya, udaranya, orang-orangnya yang ramah. Malam itu saya sendiri tidur nyenyak tanpa ganggaun apa-apa, suara debur ombak di malam hari, hembusan angin laut, suara jangkrik menambah lelap dan nyaman.

Masih ada dua hari untuk menjadi warga Jember, next saya akan cerita mengenai Festival Waton di hari kedua, kunjungan ke Kebun Kopi, menginap di Rembangan yang super dingin, dan dan banyak cerita seru lainnya. Tungguin yaaa...

21 comments:

  1. Benar-benar tersihir aku oleh pesona Papuma, Mel. Keren banget, belum pernah liat pantai seindah itu. Pengin deh balik ke Jember lagi, borong cokelat ma kopi, plus ke pantai lain yang belum sempat dikunjungi. Sueger pantainya!

    ReplyDelete
  2. Wah senengnya Melly jd nambah temen perjalann baru ya. Pling enak memang naik kereta biar lebih berkesan selama perjalanan apalagi sama temen baru.

    ReplyDelete
  3. Di stasiun Senen memang harus hati2, banyak tangan2 jahilnya kak, tapi ga sia2 lah sampai kehilangan dompet karena acaranya kelihatan seru bgt hehe

    ReplyDelete
  4. Pantai2 selatan memang ombaknya setrong-setrong... btw gmn skg, udah bikin KTP lagi belum mbak... Hehehe.

    ReplyDelete
  5. Sedih ya dompet beserta KTP hilang. Saya juga pernah ngalamin. Ga enak. Untung aja senang2 di Jembernya maksimal. Jadi kehibur sama aktivitas kece disana

    ReplyDelete
  6. Yaduh, turut berduka atas insiden hilangnya dompet, mbak. Duit sih nggak terlalu masalah ya, bisa dicari lagi gampang. Tapi KTP dan dokumen-dokumen penting itu yang merepotkan kalau hilang.
    Ternyata view dari Siti Hinggil cakep bangeeettt! Batu-batu karang yang menyembul di atas permukaan air laut itu keren! Udah baca liputan Ipul soal acara ini, tapi seingatku nggak ada foto view dari atas.

    Semoga review ini menjadi bahan papuma resort untuk berbenah ya, sayang sekali lho. Apalagi yang mengulas adalah temen-temen blogger yang punya pengaruh.

    ReplyDelete
  7. Papuma ini idamanku banget. Dari awal kemunculan namanya, aku udah pengen banget ke sini tapi belum sempat juga sampai sekarang.

    Wah, seru banget nih ceritanya. Aku nggak sabar nunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  8. Wah, saya pengin nyobain cokelatnya, tuh. Kebetulan saya penggemar cokelat. Saya menunggu cerita tentang kebun kopinya saja. Kopi juga enak. Terus, kisah serem di resort bakalan dijadikan artikel sendiri gak?

    ReplyDelete
  9. Gara-gara baca cerita Jember ini, aku makin nyesel nggak datang lebih pagi. Penasaran banget sama Puslit Koka, belajar tentang coklat & kopi, naik kereta, dan nyobain produk2nya.

    ReplyDelete
  10. Halo Mel apa kbr? 😀 Waaah senangnya bisa ikutan ke Jember bersama bloggers terpilih. Bravo! Makanan di Hararu Cafe kelihatan yummy n bikin mau nambah ya. Asik juga bisa lihat pengolahan cokelat. Kesempatan emas acara begini. Mantsp.

    ReplyDelete
  11. Kalo ada yg bahasa Jember, kaya auto : Jember Fashion Carnaval. Aku penasaran banget sama Puslit Koka itu mba. Aduh mana pantai Papuma itu bikin aku pengen cepet-cepet mudik ke Jawa dan explore kemana-mana. Naik kereta api dari satu stasiun ke stasiun lain.

    ReplyDelete
  12. Waah asyik sekali ya Mbak Melly bisa jalan-jalan ke Jember. Baru tau juga Jember punya pantai yang cantik. Saya malah belum pernah jalan-jalan ke Jember. Aduuh pasti jadi kejadian yang tak terlupakan sekaligus tidak mengenakkan ya kehilangan dompet beserta isinya. Semoga dipermudah urus surat-suratnya ya Mbak...

    ReplyDelete
  13. Asyiknya ya mbak bisa jalan-jalan di Jember. Itu pemandangannya di Pantai Tanjung Papuma Jember bagus banget. Kebayang sih gimana rasanya kalau ada di sana. Btw, pantainya kok kayaknya sepi ya mbak? Apa pantainya belum banyak ke ekspos gitu ya sama wisatawan?

    ReplyDelete
  14. Sekalinya saya ke Jember itu beberapa tahun yang lalu untuk urusan kerjaan. Kesan pertama, jauh dan capek. Soalnya naik mobil. Jadi, perasaan gak sampe-sampe hehehe.

    Waktu itu, gak tau juga kalau Jember punya pesona alam yang bagus. Sekarang, jadi pengen ke sana lagi. Tetapi, naik kereta aja biar gak capek

    ReplyDelete
  15. Ya ampuuun Mel
    Jember cantik banget ya
    Pantainya, pesona agriwisatanya, semua indah
    Tampak belum terlalpu dieksplore ya pantainya
    Duh aku jadi pengen ke sana deh

    ReplyDelete
  16. Asiik banget ya mba bisa seseruan bareng blogger-blogger di kota Jember. Ada tanteku yang sekarang tinggal di Jember dan rasanya pingin banget juga main ke sana. Ternyata banyak destinasi seru ya di Jember. Pingin deh keliling kebun kopi cokelat itu juga. Kayaknya aku bakal makan banyak cokelat di sana.. :D Pantai di Jember juga keliatan baguuus..

    ReplyDelete
  17. Duh duh kehilangan KTP memang bikin stres ya kebayang ngurusnya susah :( aku pengen banget daftar ini sayang waktunya ngga pas huhu..penasaran dengan pantai dan pusat cokelatnya..

    ReplyDelete
  18. Kalau udah ngumpul blogger begini seru banget. Itulah hal yang selalu bikin envy. Pengen ikutan. Tapi apa daya jauh mau dan nggak ada cuti huhu. Btw ternyata Mel tinggal di Cibinong ya. Adik iparku juga tinggal di sana.

    ReplyDelete
  19. Kak ayook bali lagi ke Jember yuuuk :(
    asli bikin gagal ove on banget yaaaaah :(

    ReplyDelete
  20. pantainya ayuuuuuu
    pengen ngikut, tapi kemahalan tiket ke jakartanya hahaha

    ReplyDelete
  21. Trip bareng nan seru. Semoga pada bisa ngulang trip serunya, tapi ke Lombok.
    Aamiin. Manalagi kalo bisa seseruan dan meet up bareng.
    Asyiiik.

    ReplyDelete

Terima Kasih - @melfeyadin